Rangkuman Sejarah Kelas 11 Bab 1 Kurikulum Merdeka

Kherysuryawan.id – Rangkuman Materi Pelajaran Sejarah Kelas 11 SMA/SMK Bab 1 “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” Semester 1 Kurikulum Merdeka.

Halo sahabat kherysuryawan, selamat berkunjung di website pendidikan yang selalu memberikan informasi terupdate seputar dunia pendidikan. Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi informasi seputar materi pelajaran khususnya untuk mata pelajaran sejarah yang akan di pelajari di kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka.

 


Bagi anda yang sekolahnya telah menerapkan kurikulum merdeka maka tentunya materi pelajaran yang akan di pelajari juga bersumber dari buku teks pelajaran kurikulum merdeka. Nah melalui artikel ini admin kherysuryawan ingin berbagi seputar materi pelajaran sejarah kelas 11 kurikulum merdeka. Disini admin telah membuat dan menyiapkan ringkasan atau rangkuman materinya yang tentunya akan memudahkan bagi pada siswa yang akan menggunakannya sebagai bahan belajar.

 

Rangkuman atau ringkasan materi pelajaran sejarah kelas 11 SMA/SMK yang akan admin bagikan disini yaitu materi pada Bab 1 tentang Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia. Rangkuman materi Sejarah kelas 11 Bab 1 kurikulum merdeka ini admin buat dan bersumber dari buku teks pelajaran sejarah kelas 11 SMA/SMK kurikulum merdeka. Nantinya materi Bab 1 tentang Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia ini akan dipelajari pada pembelajaran disemester 1.

 

Sebagai informasi bahwa pada materi pelajaran sejarah kelas 11 Bab 1 “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” kurikulum merdeka ini ada beberapa materi pokok yang akan di pelajari nantinya diantaranya yaitu sebagai berikut :

A. Keterkaitan Sejarah antara Situasi Regional dan Global

B. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme

C. Dampak Penjajahan di Negara Koloni

 

Selain itu materi sejarah kelas 11 SMA/SMK Bab 1 “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” pada pembelajaran kurikulum merdeka memiliki tujuan pembelajaran yang tentunya akan diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik yang akan mempelajarinya. Adapun tujuan pembelajaran dari Bab 1 ini yaitu sebagai berikut :

 

Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan mampu menggunakan sumber-sumber sejarah untuk mengevaluasi secara kritis dinamika kehidupan bangsa Indonesia pada masa kolonial dan perlawanan Bangsa Indonesia terhadap dominasi asing. Tujuannya agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masa kini dan masa depan, serta melaporkannya dalam bentuk tulisan atau lainnya.

 

Seluruh ringkasan materi sejarah kelas 11 Bab 1 semester 1 kurikulum merdeka ini merupakan materi yang berumber dari buku teks pelajaran sejarah kelas 11 SMA/SMK kurikulum merdeka. Selain admin akan memberikan rangkuman materinya maka disini admin kherysuryawan juga akan membagikan file buku teks pelajaran sejarah kelas 11 SMA/SMK kurikulum merdeka.

 

Baiklah bagi anda yang ingin melihat ringkasan/rangkuman materi pelajaran Sejarah Kelas 11 Bab 1 “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” kurikulum merdeka, maka silahkan lihat sajian materinya di bawah ini :

 

Bab 1 : Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia

A. Keterkaitan Sejarah antara Situasi Regional dan Global

1. Jalur Rempah, Interkoneksi, dan Keberadaan Bangsa Asing di Nusantara

Hubungan pelayaran antara Nusantara dengan Timur Tengah, India dan Cina sudah terjalin sejak abad II. Tercatat di dalam berita Cina, sekitar tahun 131, dikisahkan utusan Raja Bian dari Kerajaan Jawa (Yediao) pernah berkunjung ke Cina (Wuryandari, 2015). Hal ini berarti Kerajaan Jawa pada awal abad II Masehi telah melakukan pelayaran antar negara dan telah membangun jalur kemaritiman dengan bangsa Cina.

 

Nusantara ketika itu tidak hanya menjadi daerah destinasi sebagai sumber rempah-rempah tetapi tempat persinggahan jalur maritim internasional. Seperti dikisahkan oleh penumpang kapal dagang milik Cina pada abad V. Ia berlayar menuju India melewati perairan Sumatra Timur sebelum membelok ke arah barat (Mulyadi, 2016). Ibnu Batutah, seorang penjelajah dan intelektual Muslim asal Maroko pernah mengunjungi Pantai Timur Sumatra pada 1345 sebelum bertolak menuju Cina.

 

Pelayaran internasional lintas benua telah berlangsung dan berkembang lama. Rempah dibawa oleh nenek moyang kita melintasi batas wilayah nasional, regional bahkan global. Di Asia Tenggara misalnya hingga ke wilayah ke Campa dan Kamboja.

 

2. Penguasaan Konstantinopel oleh Turki Utsmani dan Pelayaran Dunia

Selama abad Pertengahan Asia menjadi kawasan termaju dan paling dinamis di dunia, sementara sebagian besar Eropa masih terbelakang. Pusat perkembangan ekonomi dan politik dunia pada abad 14 sampai 15 berada di dunia Islam, khususnya Kesultanan Turki Utsmani. Tahun 1453 Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil menguasai Konstantinopel yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasan Kerajaan Romawi-Byzantium. Konstantinopel sejak lama memang menjadi rebutan, bukan hanya karena kejayaannya namun karena kota ini merupakan salah satu titik penting untuk menyambungkan jalur perdagangan darat dari benua Eropa dan Asia.

 

Portugis adalah negara Eropa yang memulai misi pelayaran pencarian negeri asal rempah-rempah. Berdasar kepentingan ekonomi, Infante Dom Henrique, Pangeran Portugis atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Henry memberikan dorongan dan dukungan kepada para pelaut dan para petualang untuk melakukan penjelajahan. Diogo Cão, atau biasa dieja Cam, navigator dan penjelajah Portugis, adalah orang Eropa pertama yang melakukan pelayaran keluar Eropa (1480- 1484) dan menemukan muara Sungai Kongo (Agustus 1482).

 

3. Jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis

Malaka adalah kerajaan paling penting di Nusantara abad ke-15. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara yang berhasil mengubahnya dari desa nelayan menjadi pusat perdagangan penting. Bandar Malaka menjadi lebih ramai lagi setelah Parameswara masuk Islam sehingga banyak pedagang Muslim dari India, Timur Tengah dan Nusantara mulai berdagang di sana.

 

Albuquerque melakukan penyerangan ke Malaka pada tahun 1511 dengan membawa 17-18 kapal, berkekuatan 1.200 orang pasukan tentara. Perang antara Portugis dan Malaka berlangsung sepanjang bulan Juli dan awal Agustus. Di saat yang bersamaan Sultan Malaka sedang memiliki masalah internal dengan putranya sendiri yang bernama Sultan Ahmad. Konflik internal ini kemudian melemahkan pertahanan dari Malaka. Pada akhirnya Malaka berhasil ditaklukkan dan Albuquerque membangun pertahanan dari potensi serangan balasan dari orang-orang Malaka yang melarikan diri ke Aceh.

 

B. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme

1. Saudagar dan Penguasa Lokal Nusantara

Posisi geografis Nusantara berada di dalam jalur perdagangan internasional antara negara India dan Cina. Dengan posisi yang menguntungkan, saudagar dan penguasa lokal tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk turut andil secara aktif di dalam tatanan perdagangan internasional.

 

Kekuatan politik di Nusantara lahir dari pertumbuhan jaringan perdagangan internasional antar pulau. Kekuatan politik yang dimaksudkan salah satunya berada di Pantai Timur Negeri Melayu yang sekarang dikenal menjadi Jambi. Tepatnya muara sungai Batanghari atau lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Sriwijaya. Diperkirakan pada saat itu terdapat beberapa kerajaan besar di tiga wilayah, yaitu Kalingga (Jawa Tengah), Tarumanegara (Jawa Barat), terakhir Singasari dan Majapahit (Jawa Timur). Mereka sama-sama menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara.

 

2. Perang Antar Negara Eropa dan Upaya Menegakkan Hegemoni di Nusantara

Perjanjian Tordesillas merupakan satu titik awal dari ekspansi bangsa Portugis dan Spanyol dalam melakukan penjelajahan dunia. Agar tidak terjadi perebutan wilayah yang sama, Paus Paulus Alexander VI membagi garis demarkasi pada tanggal 7 Juni 1494 di Tordesillas, wilayah di barat laut Spanyol. Dampak Perjanjian Tordesillas membuat pelaut Portugis berlayar ke timur, mengitari pantai barat Afrika. Pada 1487, pelayar Bartholomeus Diaz mengitari Tanjung Harapan di Afrika dan memasuki Samudra Hindia. Kemudian pada 1497, pelayar Vasco da Gama sampai di India.

 

Perjanjian Saragosa merupakan kelanjutan dari persaingan antara Portugis dan Spanyol. Setelah berhasil menguasai Malaka tahun 1511, Portugis kemudian menemukan Maluku. Tahun 1512 Portugis bersekutu dengan Ternate.

Ternyata dari arah Filipina, Spanyol berhasil juga menemukan Maluku dan segera bersekutu dengan Tidore pada tahun 1521.

 

Kembali kepada persoalan negara-negara Eropa, hubungan antara Republik Belanda dan Inggris mengalami pasang surut. Konflik antara Kekaisaran Habsburg, Spanyol dan Republik Belanda memainkan peran penting dalam hal ini. Selama Gencatan Senjata Dua Belas Tahun (1609-1621) ada kekhawatiran yang signifikan tentang kemungkinan aliansi Inggris-Spanyol. Akibatnya hubungan antara Inggris dan Belanda juga ikut memanas di tanah jajahan.

 

Keadaan perang antar negara-negara di Eropa yang kemudian memengaruhi sejarah Indonesia adalah Revolusi Prancis yang terjadi pada 1789-1799. Penyebab utama terjadinya Revolusi Prancis yaitu adanya ketidakpuasan terhadap kekuasaan lama dalam sistem aristokratik di Prancis di bawah pemerintahan dinasti Valois dan Bourbon pada abad ke-14 sampai 18.

 

3. Melawan Kuasa Negara Kolonial

Kedatangan Belanda pada awalnya tidak dilandasi oleh keinginan untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara. Ketika ambisinya berubah untuk menegakkan sebuah negara koloni, muncul gelombang perlawanan dari penduduk lokal. Perjuangan melawan dominasi kekuasaan Belanda di Indonesia melalui masa yang sangat panjang.

 

Sebelum abad ke-20, gagasan mengenai NKRI belum dikenal, sehingga perlawanan rakyat lebih bersifat kedaerahan. Mereka berjuang untuk melawan dan mengusir penjajah dengan dipimpin oleh tokoh masyarakat yang disegani di daerah masing-masing.

 

Perjuangan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh penguasa[1]penguasa lokal dalam melawan kolonialisme dapat digolongkan menjadi dua periode yakni :

1.      periode sebelum abad ke-19 dimana rakyat menghadapi VOC (dibubarkan pada akhir abad ke-18 yakni tahun 1799) dan

2.       periode setelah abad ke-19, menghadapi pemerintah Hindia Belanda.

 

C. Dampak Penjajahan di Negara Koloni

Berikut ini adalah uraian mengenai dampak yang ditimbulkan oleh penjajahan Belanda di Indonesia.

1. Dampak Ekonomi

Indonesia adalah negara yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah ruah.

Potensi ini sudah sejak lama dilirik oleh para pelawat yang datang ke Indonesia termasuk kaum penjajah. Belanda memanfaatkan potensi alam tersebut salah satunya dalam bidang industri perkebunan.

 

Johannes van den Bosch adalah gubernur jenderal yang mencetuskan sistem cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1930. Petani diwajibkan untuk menanam komoditas yang sesuai permintaan pemerintah di tanah milik mereka sendiri di antaranya kopi, tembakau, tebu, teh, lada, kayu manis, dan kina. Di samping memiliki dampak yang sangat memberatkan rakyat Indonesia, sistem tanam paksa nyatanya memiliki dampak positif terhadap perkembangan aspek perkebunan di Indonesia antara lain:

a.     Beberapa komoditas ekspor diperkenalkan dan mengalami perluasan yakni kopi, teh, kayu manis, dan lada yang ditanam di lahan hak milik rakyat.

b.     Jumlah produksi dan ekspor tanaman perkebunan semakin meningkat. Hal ini nyatanya berhasil membawa Hindia Belanda menjadi salah satu negara produsen utama beberapa komoditas ekspor yang dikirim ke pasar Eropa. Di antaranya adalah kopi, tebu, tembakau, dan lada.

c.     Dengan masukkan pengetahuan dan alat perkebunan dari Barat, petani dapat menguasai teknologi budidaya tanaman baru.

d.     Setelah sebelumnya menanam dan menjual hasil perkebunan dengan cara konvensional, dengan sistem ini masyarakat dapat mengenal sistem perkebunan yang lebih komersial.

 

Tahun 1870, pemerintah kolonial menerbitkan Undang-undang Agraria atau disebut Agrarische Wet. Undang-undang ini memberi kebijakan antara lain:

a.     Penduduk non bumiputera tidak diizinkan memiliki tanah atas dasar hak milik mutlak (eigendom), kecuali tanah untuk pabrik.

b.     Rakyat yang memiliki hak tanah pribadi tidak dapat menjualbelikan tanahnya kepada non-pribumi.

c.     Kepemilikan mereka hanya atas dasar erfpacht, semacam hak guna usaha dengan masa berlakunya 75 tahun dan dapat diperpanjang jika memungkinkan.

 

Pada saat itu, perkebunan menjadi alat untuk menghasilkan devisa bagi Hindia Belanda. Awalnya pulau Jawa dengan investasi asing yang bergerak di sektor perkebunan khususnya tebu merupakan perkebunan yang besar dan terkenal namun di masa ini mulai meluas beberapa wilayah lainnya. Persebarannya seperti berikut:

a.     Perkebunan tebu Jawa Timur dan Jawa Tengah.

b.     Perkebunan Tembakau di Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timur dan daerah Deli Serdang di Sumatera Utara.

c.     Perkebunan teh di Jawa Barat.

d.     Perkebunan karet di Sumatera Utara, Jambi dan Palembang.

e.     Perkebunan kina di Jawa Barat.

f.      Perkebunan sawit di daerah Sumatera Utara.

 

2. Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota

Dampak dari adanya kolonialisme di Indonesia yakni adanya urbanisasi.

Urbanisasi sendiri adalah pergeseran populasi dari daerah pedesaan ke perkotaan. Perluasan daerah pertanian dan industri perkebunan diikuti oleh melonjaknya jumlah penduduk dan menyebabkan penyebaran daerah pemukiman yang lebih luas.

 

Dampak lain dari tumbuhnya perdagangan dan perusahaan yakni menimbulkan urbanisasi masyarakat pribumi dari pedesaan ke kota atau pusat perkebunan. Hal tersebut didorong oleh faktor berkurangnya lahan pertanian yang mengakibatkan peningkatan kaum miskin di wilayah pedesaan.

 

3. Dampak Sosial dan Budaya

Sebelum memasuki masa politik etis, perkembangan pendidikan, Ilmu pengetahuan dan teknologi memang berdampak kecil bagi masyarakat pribumi, karena tidak semua lapisan masyarakat dapat mempelajarinya. Adapun beberapa penyebab dari tertinggalnya Indonesia dalam lingkup ilmu pengetahuan yakni: Keterbatasan jumlah orang pribumi yang mendapat pendidikan, rakyat Indonesia jarang terlibat langsung dalam pengembangan IPTEK, minimnya industrialisasi, kurangnya inovasi yang berarti dalam masyarakat Indonesia sendiri.

 

4. Kesehatan dan Higienitas

Di samping teknologi, pemerintah kolonial pun mengeluarkan kebijakan dalam bidang kesehatan dan higienitas. Awalnya pelayanan kesehatan kolonial pada awal abad ke-20 memang sangat diskriminatif karena hanya sebagian kecil dari rakyat pribumi yang mendapatkan akses pelayanan kesehatan ini.

 

Pada masa penjajahan Belanda, selain rumah sakit, berdiri berbagai fasilitas kesehatan di berbagai daerah di Indonesia sebut saja Laboratorium penelitian di Batavia yang berdiri tahun 1888 yang berdiri juga di Bandung, Medan, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Penanggulangan wabah penyakit juga mendapat perhatian khusus pemerintah Belanda dengan membentuk suatu dinas khusus pemberantasan penyakit seperti pada masa wabah penyakit Pes. Pemerintah mendirikan dinas pemberantasan pes (Pest Bestrijding).

 

5. Mobilitas Sosial

Pada masa kolonial Belanda, mobilitas sosial atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya berjalan sangat cepat. Terdapat beberapa hal yang membuat percepatan mobilitas sosial terjadi di Indonesia yakni:

a.     Pembangunan sarana dan jaringan infrastruktur transportasi di antaranya jalan kereta api, jalan raya, sarana dan prasarana pelabuhan. Hal ini bertujuan untuk menunjang kegiatan pengangkutan barang serta tenaga kerja perkebunan dari satu tempat ke tempat yang lain.

b.     Dibukanya lahan pertanian dan perkebunan memunculkan kota[1]kota baru sebagai dampak munculnya perkebunan seperti Batavia, Banten, Bandung, Sukabumi, Tuban, Gresik, Semarang, Surabaya, hingga Malang.

 

Adapula beberapa penyebab lain terjadinya mobilisasi rakyat pribumi masa kolonial, yakni:

a.     Lahan pertanian desa beralih fungsi menjadi perkebunan besar. Petani beralih profesi menjadi buruh. Hal ini mendorong para pekerja untuk meninggalkan desanya menuju ke tempat-tempat industri baru yang lebih menjanjikan.

b.     Keinginan untuk terhindar dari berbagai kewajiban seperti kewajiban tanam paksa atau kerja paksa. Mereka akan mencari daerah-daerah yang tidak memberlakukan kewajiban tersebut.

c.     Kota-kota baru bermunculan dan hal itu mendukung berbagai aktivitas masyarakat yang memungkinkan, seperti berbagai sarana prasarana tersedia di kota tersebut dan membuat masyarakat pergi ke kota untuk memenuhi kebutuhan mereka.

d.       Pendidikan membuat banyak orang Indonesia masuk menjadi golongan cendekiawan yang bekerja di kantor-kantor milik pemerintah di kota.

 

6. Munculnya Sentimen Rasial

Munculnya sentimen rasial pernah terjadi pada masa penjajahan kolonial Belanda.

Bahkan masalah rasisme diatur melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Dengan sengaja Pemerintah Kolonial Belanda membeda-bedakan golongan berdasarkan ras. Kebijakan itu semakin tegas sejak awal abad ke-19 yang mana pemerintahan Hindia-Belanda membagi penduduk menjadi tiga golongan, yakni:

a.     Golongan Eropa sebagai golongan pertama atau yang tertinggi.

b.     Golongan Timur Asing yang terdiri dari Cina, Arab, India dan negara lainnya sebagai kelas kedua.

c.     Golongan Pribumi sebagai kelas ketiga tau golongan terendah.

 

7. Dampak Politik

Pada masa VOC diangkat pemimpinan tertinggi di negara koloni yaitu, Gubernur Jenderal. Kedudukannya hampir sama dengan Presiden dan bahkan setingkat dengan raja-raja lokal di Indonesia.

 

Memasuki abad ke-20, Belanda menerapkan kebijakan politik etis atau politik “balas budi” pada 1901 untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Perkembangan inilah yang kemudian melahirkan golongan cendekiawan. Untuk melawan penjajah, bangsa Indonesia menyadari bahwa rakyat harus bersatu untuk perjuangan yang bersifat nasional. Inilah yang dikenal sebagai masa “Pergerakan Nasional”. Faktor lain yang ikut memengaruhi lahirnya pergerakan nasional atau Nasionalisme ini yakni Volksraad atau lembaga perwakilan rakyat Hindia Belanda yang berdiri pada 1918, telah mempertemukan elit[1]elit bumiputera dari berbagai daerah dan suku bangsa. Hubungan di antara mereka dalam lembaga tersebut terutama oleh adanya berbagai diskriminasi dari pihak Belanda, telah menumbuhkan perasaan senasib dan sepenanggungan di kalangan kaum bumiputera sekaligus kesadaran bahwa pada dasarnya sama.

 

Nasionalisme telah membentuk perjuangan-perjuangan di bawah pimpinan cendekiawan dan melahirkan organisasi-organisasi di kalangan pribumi. Tidak selalu bergantung pada senjata, pembentukan organisasi modern digunakan juga untuk perjuangan kemerdekaan dengan metode perundingan. Adapun beberapa organisasi yang muncul pada masa pergerakan nasional yakni tahun 1908; Boedi Oetomo, tahun 1911; Sarekat Dagang Islam dan tahun 1912; Indische Partij.

 

👉 SOAL & JAWABAN ASESMEN SEJARAH KELAS 11 BAB 1 KURIKULUM MERDEKA (DISINI)


Itulah ringkasan/rangkuman materi Sejarah Kelas 11 SMA/SMK Semester 1 Bab 1 “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” yang akan dipelajari pada kurikulum merdeka.

Bagi anda yang ingin mengetahui materi keseluruhan secara lengkap, maka anda bisa mendapatkannya pada buku teks pelajaran Sejarah Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum merdeka, yang akan admin bagikan filenya pada judul di bawah ini :

 

  • Buku Guru & Siswa Sejarah Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka – (DISINI)

 

Demikianlah informasi yang bisa admin kherysuryawan bagikan melalui artikel ini, semoga ringkasan/rangkuman materi Sejarah Kelas 11 SMA/SMK Semester 1 Bab 1 dengan judul  “Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia” yang akan dipelajari pada kurikulum merdeka ini dapat menjadi bahan belajar yang bermanfaat bagi siswa maupun bagi guru yang membutuhkannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel