Rangkuman Materi PAI Kelas 10 Bab 2 Kurikulum Merdeka

Kherysuryawan.id – Rangkuman Materi PAI Kelas 10 SMA/SMK Bab 2 “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” semester 1 kurikulum merdeka.

Sahabat kherysuryawan yang berbahagia, izinkan admin pada kesempatan kali ini untuk bisa berbagi informasi pendidikan khususnya mengenai materi pelajaran yang ada pada kurikulum merdeka.

 


Materi yang akan admin bagikan melalui postingan ini yaitu materi yang ada pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 10 SMA/SMK bab 2 tentang “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” yang nantinya akan di pelajari di semester 1(ganjil).

 

Disini admin telah menyiapkan sebuah ringkasan lengkap dengan rangkuman materi Pendais kelas 10 Bab 2 “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” yang telah di sajikan sedmikian rupa sehingga akan sangat mudah di gunakan bagi siswa maupun bagi guru yang akan menggunakannya sebagai bahan belajar baik belajar di sekolah maupun di rumah.

 

Admin sengaja membagikan ringkasan/rangkuman materi PAI kelas 10 SMA/SMK bab 2 “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” kurikulum merdeka ini dengan harapan agar dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang ada di mapel PAI kelas 10 SMA/SMK. Dengan mempelajari materi yang telah diringkas maka tentunya akan mengurangi waktu belajar sebab materi telah di ringkas sedemikian rupa dan hanya point penting saja yang dimasukkan dalam ringkasan terebut.

 

Sebelum admin memberikan rangkuman materi PAI kelas 10 kurikulum merdeka bab 2 “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” perlu di ketahui bahwa ada beberapa sub materi yang akan di pelajari nantinya, diantaranya sebagai berikut :

1. Deinsi Iman

2. Deinisi Syu’abul Iman

3. Dalil Naqli tentang Syu’abul Iman

4. Macam- Macam Syu’abul Iman

5. Tanda-tanda Orang yang Beriman

6. Problematika Praktik Keimanan di Sekitar Kita

7. Hikmah dan Manfaat Syu’abul Iman

 

Untuk melihat ringkasan/rangkuman materi PAI kelas 10 SMA/SMK Bab 2 “ Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu'abul (Cabang) Iman” yang ada pada semester 1 kurikulum merdeka, maka di bawah ini sajian ringkasan materinya secara lengkap ;

 

Bab 2 Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu’abul (Cabang) Iman

 

1. Definsi Iman

Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah tentang keyakinan adanya zat yang Maha Kuasa. Keyakinan ini dalam istilah agama disebut dengan iman.

Dalam hal ini manusia telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt. sejak masih berada di alam ruh. Sebagaimana yang tersebut QS. al-A’raf/7 : 172 berikut ini:

Artinya : Dan (ingatlah) Ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah Swt mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat tidak mengatakan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini”

 

Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana - yu’minu - imanan, yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau keteguhan hati.

 

Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana - yu’minu - imanan, yang berarti beriman atau percaya. Adapun definisi iman menurut bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan atau keteguhan hati.

Enam pilar iman itu antara lain adalah:

1) iman kepada Allah Swt.,

2) meyakini adanya rasul-rasul utusan Allah Swt.,

3) mengimani keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt.,

4) meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran suci dalam kitab-kitab-Nya,

5) meyakini akan datangnya hari akhir dan

6) mempercayai qada dan qadar Allah Swt.

 

2. Definisi Syu’abul Iman

Menurut Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab Qamiuth-Thughyan ‘ala Manzhumati Syu’abu al-Iman, iman yang terdiri dari enam pilar seperti tersebut di atas, memiliki beberapa bagian (unsur) dan perilaku yang dapat menambah amal manusia jika dilakukan semuanya, namun juga dapat mengurangi amal manusia apabila ditinggalkannya.

 

Terdapat 77 cabang iman, di mana setiap cabang merupakan amalan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (mukmin). Tujuh puluh tujuh cabang itulah yang disebut dengan syu’abul iman. Bilamana 77 amalan tersebut dilakukan seluruhnya, maka telah sempurnalah imannya, namun apabila ada yang ditinggalkan, maka berkuranglah kesempurnaan imannya.

 

3. Dalil Naqli tentang Syu’abul Iman

Amalan-amalan yang merupakan cabang dari iman sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah RA:

Artinya: Dari Abu Hurairah ra.berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Iman itu 77 (tujuh puluh tujuh) lebih cabangnya, yang paling utama adalah mengucapkan laa ilaha illallah, dan yang paling kurang adalah menyingkirkan apa yang akan menghalangi orang di jalan, dan malu itu salah satu dari cabang iman (HR. Muslim).

 

Sabda Rasulullah Saw. yang lain terkait dengan cabang-cabang iman adalah sebagai berikut:

Dari Anas r.a., dari Nabi Saw. beliau bersabda, tiga hal yang barang siapa ia memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah Swt. dan benci kepada kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka. (HR. Bukhari Muslim)

 

4. Macam-macam Syu’abul Iman

Terdapat beberapa ahli hadis yang menulis risalah mengenai syu’abul iman atau cabang-cabang iman.

Di antara para ahli hadis tersebut adalah:

a. Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman;

b. Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj;

c. Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman;

d. Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu

 

Para ahli hadis ini menjelaskan dan merangkum 77 cabang keimanan tersebut menjadi 3 kategori atau golongan berdasarkan pada hadis Ibnu Majah berikut ini:

Artinya:"Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan perwujudan perbuatan" (H.R. Ibnu Majah).

 

Dengan kata lain, dimensi dari keimanan itu menyangkut tiga ranah yaitu:

1. Ma'rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati

2. Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan

3. ‘Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan

 

Dari pengelompokan berdasarkan dimensi keimanan tersebut, maka syu’abul iman dibagi menjadi tiga bagian yang meliputi:

a. Niat, akidah dan hati;

b. Lisan / ucapan;

c. Seluruh anggota badan;

 

5. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Adapun tanda-tanda orang yang beriman, di antaranya dijelaskan dalam sebagai berikut:

1.       Jika mendengar nama Allah Swt. disebut, maka bergetar hatinya, dan jika dibacakan ayat-ayat Al-Qur`an maka bergejolak hatinya untuk segera mengamalkannya.

Sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Anfal/8: 2 berikut ini.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah Swt. gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayatayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakkal.”

2.       Senantiasa bertawakal setelah bekerja keras dan berdoa kepada Allah Swt.

Hal ini dijelaskan dalam QS. at-Taghabun/64: 13

(Dialah) Allah Swt, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orangorang mukmin bertawakkal kepada Allah Swt

3.       Selalu tertib dalam menegakkan dan menjalankan salatnya.

Seorang mukmin, seberapa pun sibuk dengan aktivitas dan urusan duniawinya, ia akan senantiasa memprioritaskan ibadah dan salat untuk menjaga kualitas imannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. alMukminun/23: 2 berikut ini:

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (1) (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya (2)

4.       Menafkahkan sebagian rezeki dan hartanya di jalan Allah Swt.

Seorang mukmin memiliki keyakinan bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah Swt. merupakan wujud implementasi keimanan untuk pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi kesenjangan antara aghniya dan dhuafa. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. al-Anfal/8: 3 sebagai berikut:

(yaitu) orang-orang yang melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.

5.       Menghindari perkataan yang tidak berguna.

Seorang mukmin akan selalu mempertimbangkan sesuatu sebelum mengucapkannya. Apabila ucapannya bermanfaat, maka akan ia lanjutkan perkataannya, namun apabila mendatangkan madlarat maka ia akan menghindarinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. QS. alMukminun/23: 3 – 5 berikut ini:

Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.

6.       Memelihara amanah dan menepati janji

Seorang mukmin, akan senantiasa memegang amanah dan menepati janji yang telah dibuatnya serta tidak akan berkhianat kepada siapapun yang mempercayainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. alMukminun/23: 6 berikut ini:

Sesungguhnya Allah Swt. Menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan okum di antara manusia, hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh Allah Swt. Sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat

7.       Berjihad di jalan Allah Swt.

Dengan jiwa dan harta yang dimiiki Makna jihad bagi seorang muslim dalam hal ini bukanlah jihad dan mengangkat senjata di medan pertempuran semata. Juga bukanlah jihad yang secara ekstrim menyatakan permusuhan kepada orang-orang atau golongan yang tidak sepaham dengannya. Tetapi jihad dalam hal ini adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah Swt. baik dengan harta, benda maupun nyawa yang dimilikinya. Sebagai contoh jihadnya seorang pelajar adalah kesungguhannya menuntut ilmu. Jihadnya seorang guru adalah kesungguhannya mendidik siswanya, dan lain sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan QS. at-Taubah/9: 41 yaitu:

Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah Swt. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

 

6. Problematika Praktik Keimanan di Sekitar Kita

Seorang filosof Yunani, Frederick Nietzshe mengatakan bahwa dalam diri manusia yang hanya berburu kepentingan duniawi, maka sesungguhnya Tuhan telah mati. Pernyataan ini tentu beralasan, karena jika Tuhan masih ‘hidup’ dalam dirinya, manusia pasti tidak akan pernah mematikan dan meninggalkan Tuhan dalam aktivitas kehidupannya.

 

Pandangan ini, seolah mengisyaratkan bahwa Nietzshe mengkhawatirkan masyarakat yang terus hidup tanpa mengamalkan doktrin keagamaan. Degradasi moral yang semakin tajam di semua lini, baik pendidikan, sosial budaya, politik, hukum dan aspek kehidupan yang lain merupakan penyakit jasmani dan rohani yang sebenarnya menuntut masyarakat untuk kembali ke jalan Tuhan.

 

Hal ini senada dengan pendapat Abu Bakr bin Laal dalam kitab Makarim al-Akhlaq yang meriwayatkan hadis:

Dari Anas bin Malik RA, yang berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian, yaitu mukmin yang menghasutnya; munafik yang membencinya; kafir yang memeranginya; nafsu yang menentangnya; dan setan yang selalu menyesatkannya”. (HR. adDhailami)

 

Menurut Abu Bakr bin Laal, berdasarkan hadis tersebut setidaknya ada lima ujian keimanan yang dihadapi oleh orang-orang mukmin saat ini yaitu:

1)      Mukmin yang saling mendengki

Contoh riil dalam kehidupan saat ini:

Persaingan politik atau persaingan bisnis yang tidak sehat tidak jarang menimbulkan keinginan untuk menjatuhkan lawan dengan cara-cara yang tidak benar. Tidak sedikit yang kemudian menciptakan berita bohong atau hoax, menebar kebencian atau hate speech kepada lawan politik atau saingan bisnisnya, sehingga hilanglah simpati publik kepada lawan dan sebaliknya ia yang akan mendapat keuntungan.

2)      Kaum munafik yang membenci kaum mukmin

Contoh dalam kehidupan saat ini:

Berkembangnya permusuhan dan perpecahan di kalangan umat Islam, yang disebabkan oleh adu domba yang diciptakan orang-orang munafik. Antara golongan mukmin yang satu dengan golongan mukmin yang lain saling dibenturkan sehingga tidak jarang menimbulkan permasalahan dan keresahan sosial di masyarakat. Sedangkan jika telah terjadi permusuhan, kedua belah pihak akan tetap dirugikan dan orang munafik akan bertepuk tangan karena berhasil menciptakan kebencian dan ia akan mengambil keuntungan di dalamnya.

3)      Orang kafir yang memerangi kaum mukmin

Contoh kehidupan saat ini:

Berkembang pesatnya dunia teknologi, informasi dan komunikasi semakin menjadikan inovatif dan kreatifnya smart people di Indonesia. Mereka menciptakan berbagai aplikasi hiburan, game online dan lain sebagainya yang sangat praktis dan mudah untuk diakses oleh masyarakat. Namun hal ini tidak diikuti dengan upaya untuk menyaring dan menyeleksi penggunaannya agar tidak melanggar norma dan aturan agama. Wujud perang orang kafir terhadap orang mukmin sebagaimana tersebut di atas adalah semakin merosotnya kualitas iman seseorang, yang lebih menuhankan teknologi informasi komunikasi dan melalaikan norma agama bahkan mulai dari anak kecil, balita, remaja sampai kepada orang tua.

4)      Tipu muslihat setan yang selalu menyesatkan

Contoh dalam kehidupan saat ini:

Tingginya angka kriminalitas dan tindakan pelanggaran hukum, baik hukum agama maupun hukum positif di negeri ini. Setiap hari media masa dihiasi oleh berita tentang tindak kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari kejahatan-kejahatan ringan, sedang dan berat dan bahkan disertai dengan tindakan kekerasan juga pembunuhan. Setan menjadi pemenang dalam situasi seperti ini, karena dengan tipu dayanya, setan berhasil menyesatkan manusia, untuk melakukan hal-hal yang tercela dan dilarang oleh ajaran agama.

5)      Godaan hawa nafsu dari dalam diri setiap mukmin

Contoh dalam kehidupan saat ini:

Seorang mukmin yang telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk istiqamah beribadah, berjamaah di masjid, berpuasa sunah, bersedekah, menghindari maksiat, menyantuni anak yatim dan hal-hal lain yang dianjurkan oleh agama sebagai implementasi keimanannya. Akan tetapi jika mukmin tersebut tidak mampu melawan godaan dan bisikan halus dari hawa nafsunya, bisa saja niat mulia tersebut tidak pernah akan terwujud dan bahkan bertolak belakang, yang ia lakukan justru hal-hal yang dilarang oleh agama.

 

7. Hikmah dan Manfaat Syu’abul Iman

Berikut ini, beberapa hikmah dan manfaat serta pengaruh iman pada kehidupan manusia.

1.       Iman menghilangkan sifat kepercayaan manusia terhadap makhluk

2.       Iman menanamkan sikap tidak takut menghadapi kematian

3.       Iman akan membuat seorang mukmin memiliki jiwa yang tenang

4.       Iman mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas

5.       Iman menumbuhkan sikap ikhlas

6.       Iman mendatangkan keberuntungan

7.       Iman mencegah penyakit jasmani dan rohani

 

Dari ringkasan materi PAI kelas 10 SMA/SMK kurikulum merdeka diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.       Setiap manusia dilahirkan dengan fitrah yang sama yaitu memiliki keyakinan tentang zat Yang Maha Kuasa, yang dalam istilah agama disebut dengan iman.

2.       Iman adalah suatu niat, ucapan dan perbuatan, di mana tidak sempurna iman itu jika tidak bersama yang lain.

3.       Pilar iman terdiri dari enam perkara yang disebut dengan rukun iman yaitu: 1) iman kepada Allah Swt., 2) meyakini adanya rasul-rasul utusan Allah Swt., 3) mengimani keberadaan malaikat-malaikat Allah Swt., 4) meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran suci dalam kitab-kitab-Nya, 5) meyakini akan datangnya hari akhir dan 6) mempercayai qada dan qadar Allah Swt.

4.       Iman yang terdiri dari enam pilar tersebut, memiliki beberapa bagian (unsur) dan perilaku yang dapat menambah amal manusia jika dilakukan semuanya, namun juga dapat mengurangi amal manusia apabila ditinggalkannya.

5.       Terdapat 77 cabang iman, di mana setiap cabang merupakan amalan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (mukmin). Cabang yang 77 itulah yang disebut dengan syu’abul iman.

6.       Untuk mempermudah memahami dan mempelajari Syu’abul iman, dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yang meliputi: a. Niat, akidah dan hati terdiri dari 30 cabang iman b. Lisan/ucapan terdiri dari 7 cabag iman c. Seluruh anggota badan terdiri dari 40 cabang iman

7.       Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara jika terbentuk dari kumpulan orang-orang yang beriman, niscaya akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, damai, sejahtera dan berlimpah berkah dari Allah Swt.

 

Demikianlah ringkasan/rangkuman materi PAI kelas 10 bab 2 “Memahami Hakikat dan Mewujudkan Ketauhidan dan dengan Syu’abul (Cabang) Iman” yang bisa admin sajikan pada kesempatan kali ini. Kiranya materi yang telah di ringkas tersebut dapat memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama islam di kelas 10 SMA/SMK kurikulum merdeka.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel