Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 2 Kurikulum Merdeka

Kherysuryawan.id – Rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Kurikulum merdeka Bab 2 “Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman” yang di pelajari pada semester 1.

Sahabat kherysuryawan yang berbahagia, pada postingan kali ini admin ingin kembali membagikan ringkasan materi yang ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang SMA.

 


Jika pada postingan sebelumnya admin telah memberikan ringkasan atau rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Bab 1 maka di kesempatan ini admin akan kembali memberikan rangkuman/ringkasan materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 2 yaitu tentang Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman.

 

Dengan mempelajari materi yang telah di ringkas maka tentunya akan semakin memudahkan siswa yang akan belajar sebab materi ringkasan merupakan materi yang hanya menampilkan isi materi yang penting-penting saja.

 

Ringkasan / rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 2 “Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman” yang akan admin berikan ini merupakan hasil ringkasan dari buku teks pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada buku siswa Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka.

 

Adapun sub materi yang nantinya akan di pelajari pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10 SMA bab 2 tentang Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman, yaitu sebagai berikut :

  • Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial
  • Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan
  • Menggunakan Kaidah Bahasa untuk Menyampaikan Kritik
  • Menulis Teks Eksposisi Hasil Penelitian Sederhana Sebagai Bahan untuk Menyampaikan Kritik Sosial
  • Menyajikan Komik Potongan (Comic Strip)
  • Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun


Untuk anda yang ingin melihat isi rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 2 kurikulum merdeka untuk pembelajaran semester 1 yaitu tentang Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman, maka silahkan lihat sajian materinya di bawah ini :

 

BAB 2 MENGUNGKAPKAN KRITIK LEWAT SENYUMAN

A. Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial

Suatu anekdot dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan evaluasi.

1.      Orientasi adalah bagian anekdot yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh, penggambara hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, dan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.

 

Contoh:

Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

 

2.      Komplikasi berisi masalah yang dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis menyampaikan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik yang diangkat. Bagian ini disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi merupakan bagian yang berisi kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai reaksi. Reaksi dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.

 

Contoh:

Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.”

“Nak, Jakarta banjir.”

“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.”

“Nak, perahunya bocor.”

“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.”

“Cerdas!”

 

3.      Evaluasi berisi komentar terhadap isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan. Bagian ini disebut juga sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada ataupun tidak ada.

 

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

 

B. Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan

Salah satu jenis sumber bacaan yang dapat digunakan dalam meyampaikan kritik sosial adalah berita. Berita merupakan salah satu jenis teks eksposisi.

 

C. Menggunakan Kaidah Bahasa untuk Menyampaikan Kritik

 

1. Pertanyaan Retoris

Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh penanya itu sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.

 

Contoh:

Siapa yang tidak ingin bahagia?

Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?

Apakah setiap orang berhak berbuat baik?


2. Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kelompok majas yang mengungkapkan maksud atau gagasan dengan cara menyindir. Tujuannya adalah meningkatkan kesan dan makna kata terhadap pembaca.

Majas sindiran terdiri tiga macam, yaitu ironi, sinisme, dan sarkasme.

1.       Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya dengan maksud menyindir.

 

Contoh: Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe tutup karenanya.

 

2.       Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran menggunakan kata-kata kasar yang disampaikan secara langsung dengan setulus hati. C

 

Contoh: Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur timbangannya. Biar sewa, yang penting keren.

 

3.       Sarkasme

Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung, menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar.

 

Contoh: Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. Jangan mimpi!

 

Dari ketiga majas sindiran di atas, majas ironi dan sinisme lebih diterima untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.

 

3. Kata Kerja Material

Teks anekdot banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

 

Contoh:

·         Tatkala melintasi jembatan kecil itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor ikan lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”

·         Anak suku Aceh langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan tersebut.

 

D. Menulis Teks Eksposisi Hasil Penelitian Sederhana Sebagai Bahan untuk Menyampaikan Kritik Sosial

Teks eskposisi laporan adalah teks yang menyampaikan sebuah gagasan atau temuan berdasarkan hasil sebuah penelitian atau peristiwa yang terjadi.

 

Selain dalam bentuk tertulis, teks eksposisi laporan dapat juga dituangkan dalam bentuk infografik yang menarik.

 

E. Menyajikan Komik Potongan (Comic Strip)

Selain dalam bentuk tulisan atau lisan, anekdot juga dapat disampaikan melalui grafis atau gambar, salah satunya melalui komik.

 

Ada berbagai jenis komik, salah satu yang sering digunakan adalah komik potongan atau comic strip. Komik ini biasanya terdiri atas empat panel (dapat kurang atau lebih), bukan berbentuk buku.

Panel adalah satu bingkai atau kotak pada komik yang berisi satu adegan saja.

 

F. Menampilkan Lawakan Tunggal secara Santun

Berikut Ini beberapa istilah yang terdapat dalam naskah lawakan tunggal berikut.

1.       Set up

Set up merupakan bagian tidak lucu yang berperan sebagai pengantar lelucon yang disampaikan. Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up berfungsi sama dengan krisis.

 

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

 

 

2.       Punch

Punch atau punchline merupakan bagian yang mengandung unsur humor dan seharusnya mengundang tawa penonton. Pada bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi terhadap set up yang diberikan. Punch disebut juga sebagai pembelok pikiran penonton karena berisi sesuatu yang di luar kewajaran atas set up yang diberikan. Pada teks anekdot, punch berfungsi sama dengan reaksi.

 

Contoh:

Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.

 

3.       Bit

Sepasang kesatuan set up dan punch yang membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian kecil dari naskah lawakan tunggal.

 

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.

 

4.       Rule of three

Rule of three merupakan sebuah cara untuk mengundang tawa penonton. Rule of three digunakan melalui penyampaian tiga hal atau contoh sesuatu. Akan tetapi, contoh yang ketiga berupa hal lucu atau punch. Contoh ketiga berisi hal yang tidak terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan contoh sebelumnya.

 

Contoh:

Dia bilang gini, “Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.”

 

Adapun hal yang perlu diperhatikan saat menampilkan lawakan tunggal adalah kesantunan dalam berbahasa. Meskipun anekdot atau lawa kan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar. Penggunaan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat akan mengkritik orang yang ada di depan kita. Selain itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang valid agar dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau audiensi.

 

Demikianlah sajian ringkasan/rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Bab 2 kurikulum merdeka tentang Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman, semoga ringkasan tersebut dapat menjadi bahan belajar yang baik untuk siswa yang ingin belajar materi Mengungkapkan Kritik Lewat Senyuman yang ada di kelas 10 SMA.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel