Rangkuman Materi B.Indonesia Kelas 10 Bab 6 Kurikulum Merdeka

Kherysuryawan.id – Rangkuman materi Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/SMK Bab 6 Berkarya Dan Berekspresi Melalui Puisi Semester 2 Kurikulum Merdeka.

Sahabat pendidikan dimanapun berada, perkenankan pada kesempatan kali ini admin akan kembali memberikan sebuah ringkasan materi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mana materi ini merupakan materi terakhir yang akan di pelajari di kelas 10 SMA/SMK pada pembelajaran di semester 2 kurikulum merdeka.

 


Materi yang akan admin sajikan pada postingan ini yakni materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 6 tentang Berkarya Dan Berekspresi Melalui Puisi yang akan di pelajari pada pembelajaran di Semester 2 Kurikulum Merdeka.

 

Sebagai informasi bahwa rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas X Bab 6 kurikulum merdeka yang akan admin sajikan disini seluruh materinya bersumber dari buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10 kurikulum merdeka. Admin sengaja membuat rangkuman materi ini agar dapat memudahkan bagi siapapun yang akan belajar pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 10 khususnya pada materi Bab 6 tentang Berkarya Dan Berekspresi Melalui Puisi.

 

Bagi anda yang saat ini ingin belajar Bahasa Indonesia khususnya di kelas 10 semester 2 kurikulum merdeka maka anda bisa mendapatkan rangkuman materinya yang akan admin sajikan melalui artikel ini.

Berikut ini sajian rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 6 Berkarya Dan Berekspresi Melalui Puisi yang akan di pelajari di semester 2 kurikulum merdeka:

 

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA KELAS 10 KURIKULUM MERDEKA BAB 6 BERKARYA DAN BEREKSPRESI MELALUI PUISI

 


Sosok-sosok dalam kumpulan foto di atas adalah para penyair terkemuka di Indonesia. Mereka adalah para penulis puisi terbaik yang telah menghasilkan banyak karya berkualitas. Beberapa puisi mereka menarik untuk dipelajari dan dikaji. Dalam bab ini, kalian mempelajari lebih dalam lagi tentang puisi melalui kegiatan menelaah pilihan kata/diksi, menilai efektivitas unsur-unsur puisi, menulis tanggapan terhadap antologi puisi, dan membacakan puisi dengan intonasi dan metode yang sesuai. Dengan berbagai kegiatan pembelajaran tersebut, kalian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya dan mengungkapkan ekspresi melalui media puisi.

 

Puisi merupakan salah satu karya sastra, selain prosa dan drama. Sebagai sebuah karya sastra, puisi digunakan seseorang untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang indah. Kata-kata dalam puisi cenderung bersifat kiasan.

 

Puisi biasanya disampaikan dengan teknik figuratif untuk menciptakan suasana-suasana yang mampu menggugah imajinasi, perasaan, dan keindahan bagi pembacanya. Dalam puisi, kata-kata dipilih sedemikian rupa secara selektif. Pemilihan kata tersebut bertujuan dapat memunculkan efek tertentu dan menampung makna yang menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan penyair. Pemilihan kata-kata atau diksi juga harus mempertimbangkan irama, rima, larik, bait, dan tipografi (bentuk) puisi. Oleh karena itulah, unsur bahasa dalam puisi dianggap lebih padat jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya.

 

Berikut ini contoh teks puisi :

 

A. Memahami Diksi dalam Teks Puisi yang Dibacakan

 

Untuk memahami suatu puisi, kita harus menelaah makna pilihan kata yang terdapat di dalamnya. Setiap kata dalam puisi dipilih dengan cermat oleh penyair dengan berbagai pertimbangan. Hal tersebut bertujuan memunculkan efek dan makna tertentu. Untuk itu, penyair sering menggunakan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif untuk mendukung makna puisi yang ingin disampaikannya.

 

1. Majas (gaya bahasa).

Majas atau gaya bahasa merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menampilkan efek tertentu bagi pembacanya.

 

2. Pengimajian/citraan

Pengimajian atau citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan efek khayalan atau imajinasi pada diri pembacanya. Pembaca seolah-olah ikut merasakan, mendengar, melihat, meraba, dan mengecap sesuatu yang diungkapkan dalam puisi. Ada beberapa jenis citraan berdasarkan efek imajinasi yang ditimbulkan pada pembaca, yaitu citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman, dan citraan gerak (Pradopo, 2012: 80).

 

3. Kata konkret

Secara umum, kata konkret adalah kata yang rujukannya lebih mudah ditangkap oleh indra. Konkret dapat berarti nyata, berwujud, atau benar-benar ada.

Berikut contoh analisis kata konkret dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono.


Terdapat beberapa kata konkret pada puisi di atas, di antaranya hujan, jalan, dan pohon bunga.

Kata hujan dapat mengonkretkan maksud penulis untuk manusia yang selalu jatuh atau menangis. Hal ini dibuktikan dengan larik selanjutnya yang menyebutkan bahwa hujan sangat tabah karena menyembunyikan rasa rindunya pada pohon yang berbunga.

 

Kata jalan juga dapat tergolong sebagai kata konkret karena dapat diartikan sebagai kehidupan atau kisah hidup. Hal ini tampak pada larik selanjutnya pada larik dihapuskan jejak-jejak kakinya/yang ragu-ragu di jalan itu. Ungkapan ini dapat bermakna seseorang yang melupakan kisah masa lalunya.

 

Adapun kata pohon bunga dapat mengonkretkan wujud atau sosok seseorang atau sesuatu yang dirindu atau diinginkan. Kata bunga juga dapat dimaknai sebagai seseorang yang cantik atau perempuan yang diharapkan.

 

4. Kata konotatif

Kata konotatif merupakan kata-kata yang berasosiasi. Asosiasi merupakan keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa. Dalam hal ini, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan pembaca terhadap kata yang dibaca, diucapkan, atau didengar. Pada kata konotatif, makna telah mengalami penambahan atau pergeseran dari makna asalnya.

Berikut contoh kata konotatif dalam puisi “Candra” karya Sanusi Pane.


Dalam puisi di atas, terdapat /larik kuda bernapaskan nyala/. Kata nyala umumnya mengikuti kata api atau sebagai penjelas kata api. Kata nyala juga dapat diartikan sebagai hidup, bertenaga, ataupun berkobar. Dalam hal ini, baris/napas kuda yang menyala/sebenarnya bermakna sosok kuda yang memiliki semangat berkobar atau kuda yang kuat bertenaga.

 

Larik berikutnya yang mengandung konotasi adalah /Waktu berhenti di tempat ini/Tidak berombak, diam semata/. Dalam puisi tersebut, waktu dikatakan tidak berombak atau dalam keadaan tenang. Kata-kata tersebut tidak menunjukkan makna sebenarnya, tetapi bermakna tidak ada gang[1]guan, damai, dan tenteram.

 

Demikian penjelasan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif sebagai pendukung makna yang disampaikan penyair melalui puisinya.

 

B. Memahami Teks Diskusi dan Menilai Efektivitas Diksi, Rima, dan Tipografi dalam Teks Puisi

 

Puisi memiliki berbagai macam jenis. Berdasarkan kurun waktunya, dikenal puisi lama (mantra, karmina, gurindam, pantun, puisi, gurindam, syair, talibun, dll) dan puisi baru yang bentuknya tidak lagi terikat seperti puisi lama (balada, elegi, epigram, himne, ode, satire, dll).

 

Berdasarkan isi puisinya dikenal pula jenis puisi naratif, puisi deskriptif, puisi lirik, dan lain sebagainya. Bahkan, belum lama ini, muncul jenis puisi esai yang mengundang kontroversi di kalangan penyair dan pengamat sastra. Beberapa ada yang mendukung/pro adanya puisi esai, tetapi tidak sedikit pula yang menentang/kontra.

 

Penggunaan diksi, pengaturan rima, dan tata wajah (tipografi) dalam puisi sangat penting dalam mendukung makna dan amanat yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Pemilihan kata (diksi), pengaturan rima, dan tipografi puisi akan memengaruhi makna yang disampaikan dalam puisi.

 

Diksi merupakan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih penulis puisi untuk menimbulkan efek, makna, dan maksud tertentu dalam puisinya. Adapun rima merupakan pengaturan bunyi akhir pada setiap baris/larik puisi. Sementara itu, tipografi merupakan cara menata tampilan puisi untuk menciptakan kesan atau makna tertentu.

 

C. Mengidentifikasi Tema dan Suasana dalam Teks Puisi

 

Puisi ditulis penyair atas dasar gagasan pokok atau ide dasar tertentu. Ide atau gagasan pokok tersebut disebut tema. Tema puisi merupakan inti dari makna yang ingin disampaikan penyair.

 

Beberapa tema yang sering dipilih dalam berbagai puisi di antaranya ketuhanan, patriotisme, kemanusiaan, kritik sosial, keindahan alam, percintaan, persahabatan, dan pendidikan.

 

Tema yang dipilih penyair juga dapat memengaruhi suasana puisi. Suasana adalah hal yang dirasakan dalam jiwa pembaca setelah membaca puisi. Suasana tersebut, misalnya gembira, bahagia, sedih, haru, bimbang, sepi, pasrah, dan sebagainya. Suasana juga berkaitan dengan efek yang ditimbulkan puisi terhadap keadaan batin atau perasaan pembaca.

 

D. Menyajikan Musikalisasi Puisi Secara Kreatif

 

Musikalisasi puisi merupakan upaya kolaborasi antara teks puisi dan musik. Dalam hal ini, teks puisi tidak hanya dibaca, tetapi juga dipadukan dengan instrumen musikal. Pemaduan musik pada teks puisi pun terdiri atas beberapa jenis. Ada yang hanya berupa pembacaan puisi dengan iringan musik, ada yang menjadikan puisi sebagai lirik atau syair lagu dengan iringan musik, ada pula yang berbentuk drama musikalisasi puisi.

 

Untuk menampilkan musikalisasi puisi, ada beberapa hal yang perlu kalian persiapkan, di antaranya sebagai berikut :

1.       Pemilihan puisi

Tidak semua puisi cocok untuk musikalisasi puisi. Puisi tersebut sebaiknya tidak terlalu pendek, tetapi juga tidak terlalu panjang. Pilih puisi dari berbagai karya penyair atau sastrawan terbaik Indonesia yang telah teruji kualitasnya dan orisinalitasnya. Puisi yang dipilih pun sebaiknya puisi yang sederhana dan mudah dipahami.

2.       Pemahaman makna puisi

Untuk dapat mewujudkan musikalisasi yang baik, kalian perlu me[1]mahami secara mendalam makna dan isi puisinya. Hal ini di maksudkan agar irama dan nada yang diciptakan dapat sesuai atau serasi dengan teks puisinya.

3.       Penentuan alat dan jenis musik

Penentuan alat dan jenis musik yang akan digunakan juga cukup penting karena menentukan harmonisasi musikalisasi yang akan ditampilkan. Hal ini juga perlu mempertimbangkan aspek nada dan suasana puisi. Umumnya, alat musik yang digunakan adalah alat musik yang bernada lembut, seperti gitar, biola, piano, harmonika, dan sebagainya.

4.       Penentuan nada dan irama

Penentuan nada dan irama untuk musikalisasi bukanlah hal yang mudah. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat notasinya terlebih dahulu. Tentukan nada dasarnya dan sesuaikan dengan tempo serta pola ketukannya. Selanjutnya, tinggal aransemen dengan menggunakan alat musik yang paling sesuai dengan karakteristiknya.

5.       Berlatih sebelum tampil

Untuk penyempurnaan penampilan, sangat penting jika kalian berlatih terlebih dahulu sebelum tampil memublikasikan musikalisasi puisi yang telah dibuat. Dalam proses penampilan pun, aspek vokal, artikulasi, penghayatan, dan ekspresi sangat penting untuk diperhatikan. Untuk proses publikasi, kalian dapat menampilkan musikalisasi melalui ber[1]bagai media sosial, baik melalui akun pribadi maupun kelompok.

 

E. Menulis Tanggapan Terhadap Antologi Puisi Secara Logis dan Kritis

Setelah melakukan pembacaan yang mendalam terhadap suatu buku antologi puisi, kalian dapat menyampaikan hasil tanggapan dalam bentuk resensi buku. Resensi berisi ulasan suatu buku. Unsur-unsurnya mencakup judul, identitas buku, pendahuluan (orientasi), sinopsis (gambaran singkat isi buku), analisis, evaluasi (kelebihan dan kekurangan, kritik atau saran/ masukan).

 

Sebagai panduan, berikut ini langkah-langkah menyusun resensi buku :

1.       Tentukan antologi puisi yang akan kalian tulis resensinya

Pemilihan antologi puisi tentunya harus dipertimbangkan dengan baik. Ada baiknya antologi puisi yang diresensi adalah kumpulan puisi yang menarik dan berkualitas baik. Selain itu, untuk buku yang diresensi sebaiknya antologi puisi yang belum pernah diresensi sebelumnya atau terbitan terbaru agar memiliki nilai kebaruan kepada pembacanya.

2.       Bacalah dengan saksama, baik secara umum maupun secara rinci

Pembacaan terhadap buku antologi tersebut dapat dilakukan secara umum maupun detail atau rinci.

3.       Pahami dan kaji secara mendalam isi buku antologi puisi tersebut

Dalam tahap ini, kalian perlu melakukan kajian secara mendetail terhadap isi buku. Kajian terhadap antologi puisi dapat dilakukan melalui analisis terhadap unsur bentuk dan unsur makna.

4.       Tulis berbagai informasi penting yang terdapat dalam buku sebagai bahan dasar penulisan resensi.

Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan resensi adalah sebagai berikut :

a)       Menuliskan hal umum tentang buku

Bagian penting dalam tahap ini adalah menulis identitas buku. Identitas buku mencakup judul buku antologi, penulis, penerbit, cetakan ke, tempat terbit, tahun terbit, jumlah halaman dan harga.

b)      Membuat judul resensi

Pemilihan judul resensi sangat penting. Buatlah judul yang menarik, singkat, padat, jelas, serta mudah dipahami.

c)       Membuat ringkasan/ikhtisar

Untuk membuat ringkasan/ikhtisar buku antologi kalian perlu memahami pemetaan atau gambaran umum isi buku antologi tersebut.

d)      Menuliskan hal yang unik/menarik atau berkesan

Hal-hal yang unik dan menarik dapat menjadi paparan kelebihan buku tersebut.

e)      Menuliskan manfaat buku

Setelah membaca dengan saksama keseluruh isi buku, kalian perlu merumuskan manfaat atau kegunaan buku tersebut. Khususnya, sasaran pembaca yang dituju.

f)        Menuliskan kekurangan dan kelebihan

g)       Menuliskan kritik dan saran

h)      Menuliskan simpulan atau penutup

Bagian simpulan atau penutup merupakan bagian akhir dari tulisan tanggapan yang akan disusun. Oleh karena itu, cermati dengan saksama bagian-bagian yang telah kalian tulis pada tahap sebelumnya. Rangkailah beberapa paparan atau penjelasan singkat yang menggambarkan keseluruhan isi buku.

 

F. Menyajikan Pembacaan Puisi dengan Ekspresif dan Kreatif

Membaca puisi untuk diri sendiri tentu berbeda dengan membacakan puisi untuk orang lain. Membaca untuk diri sendiri dapat dilakukan dengan cara membaca hening dalam hati. Cara membaca ini bertujuan memahami dan mengkaji puisi lebih dalam. Adapun membacakan puisi untuk orang lain merupakan upaya menyampaikan makna dan perasaan yang terkandung dalam puisi. Oleh karena itu, pembacaan puisi tersebut tentu harus terlebih dulu memperhatikan makna dan maksud puisi yang sebenarnya.

 

Metode dan teknik pembacaan puisi mencakup pengaturan ekspresi/mimik wajah, gerak tubuh (gesture), dan aspek suara (jeda, lafal, intonasi, dan tekanan).

 

Untuk lebih jelas, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembacaan puisi.

1)      Ekspresi/mimik wajah

Ekspresi atau mimik wajah merupakan bentuk dan pengaturan tampilan wajah sesuai dengan isi dan nada puisi yang dibacakan. Ekspresi wajah yang ditampilkan saat membacakan puisi tentu harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Sebagai contoh, puisi yang bermakna sedih tentu harus diwujudkan dengan ekspresi wajah yang tampak sedih.

 

2)      Gerak tubuh/gesture

Gerak tubuh merupakan bagaimana bagian-bagian tubuh bergeser atau bergerak sesuai dengan penjiwaan dan pemaknaan terhadap isi puisi yang dibaca. Gerak tubuh meliputi gerakan seluruh anggota tubuh: kaki, tangan, badan, dan kepala.

 

3)      Lafal/artikulasi

Lafal merupakan kejelasan dalam pengucapan setiap kata dan huruf. Setiap vokal atau konsonan yang terdapat dalam setiap kata dalam puisi yang dibacakan harus jelas dan tepat.

 

4)      Tekanan

Tekanan terkait pemberian nada khusus pada suatu kata, misalnya keras atau lunaknya suara dalam mengucapkan suatu kata. Pada kata-kata yang ingin kalian tegaskan maknanya dapat diucapkan dengan nada yang lebih keras dibandingkan dengan kata lainnya.  

 

5)      Jeda dan tempo

Jeda merupakan pemberhentian singkat/sesaat pada suatu kata atau baris dalam pembacaan puisi. Pengaturan jeda yang baik dapat memudahkan memahami makna puisi yang dibacakan. Karena itu, pengaturan jeda setiap kata, baris, dan bait dalam pembacaan puisi penting untuk diperhatikan dengan cermat.

 

6)      Intonasi

Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada pada kalimat atau naik turunnya lagu kalimat. Pengaturan intonasi juga dapat menghasilkan jenis kalimat yang berbeda.

 

Pada dasarnya, tidak ada batasan gaya atau cara membacakan puisi. Gaya atau cara pembacaan puisi bergantung pada penafsiran makna dan pilihan masing-masing. Akan tetapi, secara umum ada beberapa gaya yang sering ditampilkan dalam pembacaan puisi, yaitu sebagai berikut :

1.       Pembacaan tekstual

Cara pembacaan ini memiliki ciri membawa teks puisi di tangan. Pembaca sesekali masih melihat teks puisi secara langsung. Cara pembaca an puisi ini dapat divariasikan dengan berbagai gaya atau gerak tubuh, misalnya dengan berdiri, duduk, dan bergerak-gerak.

2.       Pembacaan deklamasi

Pembacaan puisi secara deklamasi berarti teks puisi yang sebelumnya harus dihapalkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, pembacaan puisi tidak membawa teks puisi pada saat tampil. Pembaca lebih bebas dalam bergerak karena tidak terikat dengan teks secara visual. Namun, harus mampu menampilkan penghayatan yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa membawa teks. Ekspresi, suara, dan gerak tubuh menjadi hal utama.

3.       Pembacaan teatrikal

Dalam pembacaan teatrikal, pembaca dituntut menampilkan ekspresi, penghayatan, dan penjiwaan penuh terhadap isi puisi yang dibacakannya. Untuk membantu, pembaca dapat menampilkan puisi melalui berbagai alat bantu dan media pendukung, misalnya kostum, aksesoris, musik, latar, dan setting panggung.

 

Adapun Langkah-langkah pembacaan puisi secara tekstual adalah sebagai berikut :

1)       Berdirilah dengan tenang dan percaya diri di tempat pembacaan puisi yang sudah disediakan.

2)       Hadapkan tubuh pada penonton. Lalu, arahkan pandangan ke sekeliling. Apabila perlu, berikanlah salam kepada hadirin dengan hormat.

3)       Bacalah terlebih dulu judul dan nama penulisnya dengan suara dan nada yang jelas/tepat.

4)       Berhentilah beberapa saat untuk siapkan napas. Lalu, mulailah pembacaan puisi itu baris demi baris dan bait demi bait.

5)       Selama pembacaan puisi, fokuskan perhatian pada puisi itu sendiri. Kalian tidak perlu memedulikan hiruk-pikuk suara atau bunyi lain dari penonton.

6)       Ketika pembacaan puisi selesai, berhentilah beberapa saat. Tetap bersikap tenang, embuskan napas perlahan, lalu lakukan gerakan menghormat kepada penonton.

7)       Setelah itu, tinggalkan tempat pembacaan puisi dengan sikap yang tenang, wajar, serta tidak perlu tergesa-gesa.

 

Demikianlah sajian ringkasan/rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Bab 6 tentang Berkarya Dan Berekspresi Melalui Puisi yang akan di pelajari pada semester 2 di kurikulum merdeka. Semoga sajian ringkasan materi diatas dapat membantu aktivitas bapak/ibu guru maupun para siswa yang akan belajar materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 6 kurikulum merdeka.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel