Rangkuman IPS Kelas 10 SMA Tema 2 Kurikulum Merdeka

Kherysuryawan.id – Rangkuman Materi pelajaran IPS Kelas 10 SMA Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat yang akan di pelajari pada semester 1 kurikulum merdeka.

Halo sahabat kherysuryawan, berjumpa kembali di website pendidikan ini. Pada kesempatan kali ini admin ingin membahas sekaligus ingin memaparkan hasil rangkuman materi pada mata pelajaran IPS kelas 10 SMA.

 

Seperti kita ketahui pada saat ini hampir semua sekolah telah menggunakan kurikulum merdeka sehingga dalam proses pembelajarannya pastinya akan menggunakan bahan ajar atau buku teks pelajaran versi kurikulum merdeka.

 

Salah satu mata pelajaran yang nantinya akan dipelajari di kelas X kurikulum merdeka yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bagi anda yang disekolahnya telah belajar mata pelajaran IPS namun belum memiliki sarana pembelajaran atau bahan belajar yang lengkap maka tenang saja karena disini admin kherysuryawan akan mencoba untuk berbagi ringkasan materi IPS yang akan di pelajari di kelas 10 SMA kurikulum merdeka.

 

Adapun materi pelajaran IPS kelas 10 SMA kurikulum merdeka yang akan admin sajikan pada postingan ini yaitu materi yang ada pada Tema 02 dengan judul Sosiologi: Individu dan Masyarakat. Materi ini nantinya akan dipelajari pada pembelajaran di semester 1 kelas 10 kurikulum merdeka.

 

Seluruh materi hasil ringkasan yang akan admin kherysuryawan paparkan pada artikel ini yaitu merupakan materi yang bersumber dari buku siswa IPS kelas 10 SMA kurikulum merdeka. Admin sengaja membuat ringkasan/rangkuman materi IPS Kelas 10 SMA Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat ini dengan tujuan agar dapat memudahkan siswa dalam belajar sehingga bisa menghemat waktu belajar sebab materi yang akan dipelajari hanya merupakan materi inti atau pokok-pokok materi yang penting saja.

 

Sebagai informasi bahwa daftar susunan materi atau sub materi yang akan di pelajari pada mata pelajaran IPS Kelas 10 SMA Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat yaitu sebagai berikut :

 

TEMA 02. SOSIOLOGI: INDIVIDU DAN MASYARAKAT

A. Pengantar Sosiologi: Kelahiran dan Kajian Sosiologi

B. Sosiologi Sebagai Ilmu yang Berparadigma Ganda

1. Paradigma Fakta Sosial

2. Paradigma Deinisi sosial

3. Paradigma Perilaku social

C. Penelitian Sosial

1. Metode Penelitian

2. Sumber penelitian

3. Etika Penelitian

D. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas

1. Interaksi Sosial

2. Identitas Sosial

E. Lembaga Sosial

1. Proses Lembaga Sosial: dari Norma menjadi Lembaga Sosial

2. Jenis dan Fungsi Lembaga Sosial

3. Tertib Sosial dan Penyimpangan Sosial

4. Heterogenitas Sosial: Pelapisan Sosial dan Diferensiasi Sosial

 

Adapun tujuan pembelajaran yang ingin di capai pada pembelajaran di Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat, yaitu sebagai berikut :

Tujuan dan Indikator Capaian Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu:

  • Menyebutkan beberapa konsep sosiologi dan manfaat belajar sosiologi
  • Menjelaskan beberapa paradigma dalam sosiologi dan cara belajar sosiologi.
  • Menggunakan teori yang dipelajari guna melakukan pengamatan berbagai gejala sosial sehari-hari.
  • Mengidentiikasi berbagai gejala sosial dalam kehidupan sehari-hari dari konsep/teori yang telah dipelajari.
  • Menyimpulkan beberapa materi yang telah dipelajari.
  • Membuat dan mempresentasikan laporan penelitian sosial secara sederhana dalam berbagai bentuk laporan tugas.
  • Berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila dalam menyikapi keberagaman masyarakat Indonesia.


Baiklah bagi anda yang ingin melihat dan mengetahui ringkasan/rangkuman materi pelajaran IPS kelas X SMA Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat, maka silahkan di simak sajian materinya di bawah ini :

 

Tema 02. Sosiologi: Individu dan Masyarakat


A. Pengantar Sosiologi: Kelahiran dan Kajian Sosiologi

Sosiologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang berbagai fenomena berupa masalah sosial dan masyarakat. Masyarakat menjadi salah satu obyek kajian sosiologi, menurut Soekanto (2009: 13), hal ini dikarenakan di dalam masyarakat terdiri dari beberapa segi yaitu, segi ekonomi, segi politik, segi antropologi dan segi sejarah.

 

Menurut Auguste Comte, istilah sosiologi berasal dari gabungan bahasa Romawi (socious) berarti kawan dan bahasa Yunani (logos) berarti bicara. Berdasarkan dua kata tersebut, sosiologi dapat diartikan “berbicara mengenai masyarakat”.

 

Revolusi industri benar-benar mengubah tatanan sosial, yang awalnya cara hidup masyarakat dianggap tradisional menjadi modern. Pekerjaan yang pada awalnya dikerjakan oleh tenaga manusia digantikan oleh mesin.

 

Menurut Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk memahami tindakan sosial.

 

Selain berkembang di Eropa, sosiologi juga ber kembang pesat di Amerika Serikat seiring revolusi industri yang terjadi di masyarakat Amerika. Salah satu sosiolog Amerika Serikat yang terkenal adalah Talcott Parsons (1902- 1979). Salah satu teori yang sangat terkenal dari Talcott Parsons adalah fungsionalisme struktural. Berdasarkan teori ini, masyarakat terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan, memiliki fungsi dalam suatu sistem yang terintegrasi sehingga membentuk keseimbangan.

 

Sosiologi sebagai ilmu yang terus berkembang seiring dengan dinamika masyarakat, melahirkan banyak ilmuwan sosial dan sosiolog.

Sebagai ilmu yang berusaha menjelaskan berbagai fenomena sosial, sosiologi memiliki beberapa sifat yaitu:

1.     Empiris. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menghasilkan teori dan temuan melalui penelitian ilmiah baik dengan pengamatan, wawancara, dan analisa secara ilmiah atas fakta-fakta sosial, bukan berdasarkan asumsi ataupun dugaan. Hasil penelitian sosiologi berdasarkan data.

2.     Teoritis. Sosiologi berusaha menyusun temuan dan kesimpulan, menjelaskan tentang hubungan sebab-akibat, korelasi antar berbagai variabel atau faktor melalui penelitian ilmiah.

3.     Kumulatif. Teori dalam sosiologi senantiasa berkembang dan dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat. Bahkan teori yang sudah ada dikaji ulang untuk mengetahui apakah masih relevan.

4.     Non Etis. Sosiologi bukan ilmu yang mempersoalkan tentang benar dan salah, atau baik dan buruk, tetapi berusaha menjelaskan dan mengungkapkan berbagai gejala ataupun masalah sosial.

 

Seperti yang dijelaskan dalam buku Soekanto (2009: 17) dan Damsar (2010: 5), deinisi sosiologi adalah sebagai berikut:

  • Sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
  • Sosiologi menurut Roucek dan Warren adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
  • Sosiologi menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt adalah ilmu yang mempelajari masyarakat. Bagi Horton dan Hunt (1987), masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama, mendiami suatu wilayah yang sama, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

 

Beberapa fokus kajian sosiologi dalam mempelajari berbagai fenomena sosial adalah sebagai berikut:

           Interaksi sosial dan tindakan sosial

           Sosialisasi

           Kelompok sosial

           Hubungan antarkelompok

           Penduduk

           Komformitas dan penyimpangan

           Perilaku kolektif dan gerakan sosial

           Perubahan sosial

           Kajian perempuan dan gender

           Norma dan lembaga sosial

           Kebudayaan

           Struktur sosial

           Kesejahteraan dan kemiskinan

 

Hubungan antar kelompok dalam sosiologi berupaya menjelaskan hubungan antara dua kelompok atau lebih yang memiliki ciri khusus.

Pengelompokan masyarakat menurut Kinloch (1979) mengacu dari beberapa kriteria, seperti:

  • Kriteria isik yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia (tua-muda), dan ras.
  • Pengelompokan sosial berdasarkan kriteria kebudayaan yaitu suku dan agama.
  • Kriteria ekonomi yaitu mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan tidak memiliki kekuasaan atas ekonomi. Contohnya, golongan kaya (pengusaha), golongan miskin (buruh).
  • Kriteria berdasarkan perilaku, yaitu mereka yang memiliki perilaku yang mirip (minat yang sama), misalnya kelompok pecinta binatang, kelompok pesepeda dan lain-lain.

 

B. Sosiologi Sebagai Ilmu yang Berparadigma Ganda

Seorang sosiolog berkebangsaan Amerika Serikat, George Ritzer, pada tahun 1975 menuliskan sebuah buku yang berjudul Sosiology: A Multiple Paradigm Science. Berdasarkan pemikiran Ritzer dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki dan menggunakan berbagai paradigma (kerangka atau cara berpikir) yang melahirkan banyak perspektif dan teori untuk menganalisis berbagai kajian sosiologi dalam rangka membantu memahami kehidupan sosial.

 

Selanjutnya, Ritzer (1975) membagi tiga paradigma utama yang berasal dari berbagai gagasan para sosiolog, ilsuf dan ilmuwan sosial sebagai berikut:

1. Paradigma Fakta Sosial

Menurut paradigma ini, fokus kajian sosiologi adalah fakta sosial, baik dalam bentuk bendawi (ragawi, material) maupun tidak berbenda (non-material) seperti ide ataupun gagasan. Berdasarkan paradigma ini norma, aturan, pemerintahan, peran sosial, status sosial, kelas sosial merupakan fakta sosial.

 

2. Paradigma Definisi sosial

Penekanan utama dari paradigma definisi sosial adalah individu sebagai subjek dan memahami dari sudut pandang subjek. Bagi penganut paradigma definisi sosial, subjek masih punya kesempatan untuk berkreasi dan otonom. Individu tidak dipandang sebagai subjek yang selalu dikontrol sepenuhnya oleh norma dan aturan sosial. Hal inilah yang membedakan dengan paradigma fakta sosial yang selalu menekankan norma dan aturan sosial yang dianggap mampu menguasai individu ketika hidup bermasyarakat.

 

3. Paradigma Perilaku sosial

Paradigma perilaku sosial menekankan kajiannya pada proses individu dalam melakukan hubungan sosial di lingkungannya. Terdapat dua teori yang berpengaruh pada paradigma ini yaitu teori perilaku sosiologi dan teori exchange (pertukaran).

 

C. Penelitian Sosial

Penelitian sosial yang dilakukan para sosiolog bertujuan mengumpulkan data dan menemukan fakta baru untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penelitian menurut KBBI adalah 1). pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; 2 kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum;~ dasar penelitian dengan tujuan mengembangkan teori-teori ilmiah atau prinsip-prinsip dasar suatu disiplin yang lebih baik daripada hanya memecahkan persoalan praktis;

 

1. Metode Penelitian

Pendekatan dan cara untuk melakukan penelitian sosial secara umum terbagi menjadi tiga metode yaitu penelitian kuantitatif, kualitatif dan campuran dari kedua metode kuantitatif dan kualitatif (mixed methods).

 

a. Metode Penelitian Kuantitatif

John W. Creswell dalam bukunya yang berjudul Desain Riset: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (2017:4-5), menjelaskan bahwa penelitian metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menguji teori tertentu dan mencari data penelitian dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.

 

Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif

•    Menentukan topik riset

•    Mencari informasi dari berbagai sumber

•    Membuat rumusan masalah

•    Menentukan metode penelitian

•    Melakukan survei

•    Mengolah data dan analisis data penelitian

•    Membuat laporan penelitian

 

b. Metode Penelitian Kualitatif

 

Metode penelitian kualitatif mengutamakan kualitas data. Bentuk data dari metode kualitatif adalah pernyataan, pendapat, serta gambaran (deskripsi) dari subyek penelitian. Teknik pengumpulan data pada metode kualitatif diperoleh melalui pengamatan (observasi) dan wawancara dengan subyek penelitian.

 

Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif

      Menentukan minat riset

      Membaca dari berbagai sumber dan hasil penelitian sebelumnya

      Membuat rumusan masalah

      Menentukan metode penelitian

      Melakukan pengamatan (observasi) proses belajar dan melakukan wawancara dengan subyek penelitian.

      Mengolah data dan analisis data.

      Menyusun laporan penelitian.

      Menuliskan kesimpulan dan rekomendasi.

 

c. Metode Penelitian Campuran

Metode penelitian campuran (mixed methods) adalah campuran antara metode kuantitatif dan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dari metode campuran adalah dengan penelitian survei, melakukan pengamatan (observasi), dan wawancara. Analisis data dari metode ini juga menggabungkan kedua metode penelitian tersebut.

 

2. Sumber penelitian

Sumber penelitian adalah rujukan yang berupa data dan informasi yang terdiri atas data primer dan data sekunder. Adapun data primer adalah informasi yang didapat dari hasil wawancara, pengamatan, dan survei yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian. Sedangkan data sekunder, biasanya disebut sebagai data pendukung yang diperoleh dari berbagai sumber, misalnya data statistik, informasi, atau data dari penelitian sebelumnya, dokumen, foto, video, laporan, dan bentuk-bentuknlainnya.

 

3. Etika Penelitian

Etika penelitian meliputi: integritas bahwa penelitian yang kalian lakukan bukan hasil plagiasi (menjiplak) karya orang lain serta mencantumkan berbagai sumber informasi baik dari buku, internet, jurnal, laporan penelitian sebelumnya, dan lain-lain.

 

D. Tindakan Sosial, Interaksi Sosial dan Identitas

Tindakan sosial merupakan salah satu konsep mendasar dalam ilmu sosial, termasuk sosiologi. Manusia hidup bersama dan berinteraksi dengan orang lain melalui tindakan sosial. Bahkan menurut Max Weber, pemahaman terhadap tindakan sosial yang dilakukan individu akan membawa kita memahami kondisi sosial dengan lebih baik.

 

Tindakan sosial adalah tindakan yang mengandung makna ketika individu berhubungan dengan individu lain di mana hasil tindakan tersebut memengaruhi perilaku orang lain. Bagi Max Weber, tindakan hanya dapat dikategorikan sebagai tindakan sosial manakala tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan dan berorientasi pada perilaku orang lain.

 

Bagi Weber, tindakan sosial melibatkan upaya menafsir oleh individu. Saat melakukan tindakan sosial, individu berupaya menangkap makna simbolik yang dapat diperoleh dari tindakannya tersebut. Hal ini berarti, tindakan sosial merupakan tindakan sadar karena melewati serangkaian proses berpikir yang menghasilkan makna.

 

Max Weber membedakan empat tipe tindakan sosial yang dibedakan berdasarkan konteks motif para pelakunya:

1. Tindakan Rasionalitas Instrumental

Tindakan sosial ini merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan praktis yang didasarkan pada kesesuaian antara tujuan serta ketersediaan alat yang digunakan untuk mencapainya (berorientasi tujuan). Tindakan ini disebut rasional karena dilakukan dalam kesadaran dan penuh perhitungan. Misalnya tindakan menabung dimaksudkan untuk tujuan memupuk kekayaan dan motif berjaga-jaga manakala membutuhkan biaya dalam jumlah besar.

 

2. Tindakan Rasional

Nilai Tindakan rasional nilai merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai seperti etika, estetika, moral, dan religi. Tindakan ini tetap dipahami sebagai tindakan rasional karena dilakukan dengan kesadaran. Bedanya, dasar dari tindakan ini adalah nilai-nilai yang diyakini oleh pelaku tindakan sosial tersebut. Contoh dari tindakan jenis ini misalnya berderma. Derma dari sisi ekonomis dipandang sebagai tindakan yang tidak menguntungkan. Namun tindakan ini bukan berangkat dari perhitungan untung rugi. Tetapi tindakan ini dilakukan berdasar nilai-nilai yang diyakini pelakunya tentang kewajiban sesama manusia untuk berbagi.

 

3. Tindakan Afektif

Tindakan sosial ini dilakukan lebih berdasarkan faktor emosi/perasaan, seperti cinta, bahagia, marah, sedih, empati, simpati, kasihan dan sebagainya. Tindakan ini digerakkan oleh perasaan atau emosi dalam merespon tindakan sosial lainnya tanpa releksi secara sadar. Tindakan ini tidak rasional dan spontan dilakukan sebagai reaksi emosional dari individu. Contoh tindakan afektif adalah kebahagiaan seorang ibu atas kelahiran putranya yang sehat dan selamat meski merasakan kesakitan setelah melahirkan.

 

4. Tindakan Tradisional

Tindakan sosial jenis ini dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan atau lazim dilakukan. Seseorang melakukan tindakan tertentu disebabkan oleh kebiasaan yang diwariskan dari generasi pendahulunya. Tindakan semacam ini tidak dibangun dengan releksi sadar. Orang melakukannya tanpa mempertanyakan mengapa tindakan tersebut perlu dilakukan.

 

Tipologi tindakan sosial menjadi sumbangan penting Max Weber dalam disiplin ilmu sosiologi. Bagi Weber, jika kalian memahami teori tindakan sosial, maka akan memahami masyarakat secara interpretatif. Pada titik ini, sosiologi sesungguhnya sedang menawarkan pemahaman tentang fenomena sosial.

 

1. Interaksi Sosial

Tindakan sosial bersifat timbal balik tadi memuat adanya: pertama, kontak sosial dan; kedua, komunikasi. Kontak sosial merupakan syarat awal bagi terjadinya interaksi sosial. Berasal dari bahasa Latin cum yang bermakna “bersama-sama” dan tango yang berarti “menyentuh”, secara harfiah kontak dimengerti sebagai menyentuh bersama-sama (Soekanto & Sulistyowati, 2017: 58)

 

Pertanyaan berikutnya, bagaimana interaksi sosial dapat terjadi? Soekanto & Sulistyowati (2017: 58-59) menyampaikan, ada empat faktor yang membentuk interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti, identiikasi, dan simpati.

   Imitasi adalah tindakan seseorang meniru orang lain.

   Sedangkan sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau bersikap dan kemudian pandangan tersebut diterima pihak lain.

   Identiikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.

   Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik dengan pihak lain.

 

a. Interaksi Sosial Asosiatif

Proses asosiatif yang dimengerti sebagai bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar pihak. Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

  1. Kerja sama adalah interaksi sosial manakala terdapat dua pihak atau lebih mengikatkan diri untuk memenuhi ke pen tingan bersama atau karena adanya persamaan tujuan.
  2. Sedangkan akomodasi merupakan upa ya meredakan ketegangan karena pertentangan yang terjadi dengan cara memenuhi sebagian tuntutan dari pihak-pihak yang bertikai.
  3. Bentuk ketiga adalah asimilasi. Asimilasi merupakan percampur an dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru.
  4. Akulturasi acap kali dipersamakan dengan proses asimilasi. Padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Proses akulturasi me[1]rupakan proses dua budaya atau lebih ber interaksi, namun masing-masing ke[1]budayaan tetap mempertahankan iden[1]titasnya serta batas-batas perbedaan antar budaya tidak hilang.

 

b. Interaksi Sosial Disosiatif

Bentuk lain yang berbalik dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif.

Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah kompetisi, kontravensi, dan konlik sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1.     Kompetisi adalah proses sosial bilamana para pihak yang terlibat bersaing berebut sesuatu.

2.     Kontravensi mewakili bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, tetapi tidak sampai mengalami pertentangan. Ragam bentuk kontravensi adalah penghasutan, penyangkalan, penolakan, dan pengkhianatan

3.     Konflik merupakan proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang atau menyerang lawan termasuk dengan kekerasan.

 

2. Identitas Sosial

a. Pengertian Identitas

Dalam KBBI, kata identitas mengandung pengertian “ciri-ciri, keadaan khusus seseorang, atau jati diri.” Sedangkan Kamus Merriam-Webster menawarkan penjelasan lebih jauh tentang deinisi identitas, yaitu sebagai kesamaan ciri-ciri antar beberapa manusia serta ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Ringkasnya, identitas merupakan ciri-ciri yang melekat dan tertanam dalam diri setiap manusia.

 

Gagasan tentang identitas bahkan berkembang tidak hanya berbasis Suku,Agama, Ras dan Antargolongan (SARA). Identitas juga dapat dikaitkan dengan ciri-ciri seperti gaya hidup, keyakinan, bahkan orientasi seksual.

 

b. Pembentukan Identitas

Identitas dipahami sebagai kesadaran tentang konsep diri. Konsep diri merupakan integrasi gambaran diri yang dibayangkan sendiri dan yang diterima dari orang lain tentang apa dan siapa dirinya, serta peran apa yang dapat dilakukan dalam kaitan dengan diri sendiri serta orang lain.

 

Identitas dalam perspektif pertama ditempatkan sebagai ciri-ciri yang terbentuk. Identitas semacam ini diterima sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi oleh para penggunanya. Ciri-ciri ini melekat sejak dari awal permulaan. Ia terbentuk secara alamiah atau dengan sendirinya.

 

Pembentukan identitas juga terkait relasi antara identitas diri dan identitas sosial. Eric Fromm (1947), seorang pakar psiko-sosial menyatakan identitas diri dapat dibedakan antara satu individu dengan lainnya. Namun identitas diri tidak dapat dilepaskan dari identitas sosial individu dalam konteks komunitasnya.

 

c. Konsekuensi Identitas Sosial: Eksklusi dan Inklusi

Identitas menjadi dasar bagi seseorang untuk mengikatkan dirinya pada komunitas atau kelompoknya. Ikatan tersebut memunculkan kedekatan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan identitas.

Ikatan-ikatan inilah yang pada akhirnya membuat perbedaan antar kelompok. Dari identitas melahirkan perasaan dan keinginan untuk membedakan satu di antara yang lain.

 

Eksklusiitas sangat rawan menyinggung pihak lain yang tidak sepaham dengannya. Pemikiran tersebut dapat memicu ketegangan antarpihak yang dapat berujung konlik sosial. Keragaman identitas di Indonesia seharusnya dipandang sebagai kekayaan identitas di mana kekayaan tersebut justru menjadi kekuatan bangsa dalam menatap masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan bagi setiap kelompok anak bangsa dalam mengembangkan karakter inklusifnya.

 

E. Lembaga Sosial

Berikut definisi dari lembaga sosial yang dijelaskan oleh para sosiolog yang dirangkum oleh Soekanto (2009):

1.     Horton dan Hunt menjelaskan, lembaga sosial adalah sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang menurut masyarakat penting.

2.     Robert Mac Iver dan C.H. Page menyatakan lembaga sosial adalah prosedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.

3.     Koentjaraningrat menjelaskan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitasaktivitas untuk memenuhi kebutuhan yang kompleks dalam kehidupan masyarakat.

 

1. Proses Lembaga Sosial: dari Norma menjadi Lembaga Sosial

Berdasarkan tingkatan dan daya ikatnya, secara sosiologis terdapat empat norma yaitu

1. Cara (usage)

2. Kebiasaan (folkways)

3. Tata kelakuan (mores)

4. Adat istiadat (custom)


Terdapat dua alasan mengapa terdapat sistem pengendalian sosial, yaitu:

1.     Pengendalian sosial sebagai bentuk preventif (pencegahan) agar tidak dilanggar, tidak diulang dan tidak ditiru oleh individu lainnya.

2.     Pengendalian sosial dapat dianggap sebagai represif (tekanan) yang dirasakan oleh individu karena mendorong individu untuk mematuhi aturan.

 

2. Jenis dan Fungsi Lembaga Sosial

Lembaga sosial atau dapat disebut sebagai lembaga kemasyarakatan, secara sederhana dapat dipahami sebagai seperangkat norma yang mengatur, mengendalikan tindakan individu dalam kehidupan Bersama.

 

Berbagai jenis dari lembaga sosial yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat yaitu lembaga keluarga, lembaga agama, lembaga politik, lembaga Pendidikan dan lembaga ekonomi. Beberapa penjelasan seperti yang dirangkum oleh Macionis (2008) sebagai berikut:

 

1. Lembaga Keluarga

Konsep dasar tentang keluarga dipahami sebagai institusi sosial yang hampir terdapat di berbagai masyarakat, di mana dalam keluarga terdapat individu-individu yang saling bekerja sama, merawat dan melindungi.

 

2. Lembaga Politik

Lembaga politik menurut Macionis (2008) dipahami sebagai institusi sosial yang mendistribusikan kekuasaan, mengatur tujuan masyarakat dan membuat keputusan atau kebijakan. Bentuk dari lembaga politik adalah negara, partai politik dan lain-lain. Contoh norma dalam lembaga politik adalah UU Dasar suatu negara, UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum dan lain-lain.

 

3. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang disediakan oleh masyarakat untuk meyiapkan, mendidik anggotanya agar memiliki pengetahuan, ketrampilan akan norma dan nilai sosial budaya suatu masyarakat.

 

4. Lembaga Agama

Lembaga agama dalam konsep institusi sosal dipahami sebagai institusi penting yang mengatur kehidupan masyarakat dan bermasyarakat. Agama berkaitan dengan sesuatu yang sakral dan suci, ajaran, dan kepercayaan yang membimbing manusia. Contoh dari lembaga agama yang terdapat di Indonesia adalah lembaga agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Agama Konghucu dan lain sebagainya.

 

5. Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi menurut Macionis (2008) adalah institusi sosial yang mengatur kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa. Contoh lembaga ekonomi adalah perusahaan, toko, lembaga keuangan dan lain-lain

 

Terdapat dua fungsi lembaga sosial, yaitu:

    Fungsi Laten secara sederhana dipahami sebagai fungsi yang tersembunyi yang tidak disadari oleh anggota suatu lembaga sosial. Sebagai contoh, fungsi laten lembaga Pendidikan adalah mengurangi fungsi pengawasan orang tua dikarenakan orang tua telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah.

    Fungsi manifes dapat dipahami sebagai fungsi yang dikehendaki, disadari dan diakui oleh anggota suatu masyarakat. Sebagai contoh, fungsi manifest dari lembaga Pendidikan adalah mencetak dan menyiapkan generasi muda agar terampil dan siap kerja.

 

Beberapa fungsi umum lembaga sosial seperti yang dirangkum oleh Soekanto (2009:171) adalah sebagai berikut:

1.     Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana mereka berperilaku, menghadapi tantangan atau masalah dan memenuhi kebutuhan.

2.     Menjaga keutuhan masyarakat.

3.     Memberikan pegangan dengan cara melakuan pengendalian sosial.

 

3. Tertib Sosial dan Penyimpangan Sosial

Tertib sosial dapat dipahami sebagai penyesuaian diri individu, masyarakat dengan cara mentaati aturan dan norma. Tertib sosial terjadi karena individu mengubah perilaku mereka agar sesuai dengan aturan dan norma.

 

4. Heterogenitas Sosial: Pelapisan Sosial dan Diferensiasi Sosial

Dalam buku Soekanto (2009), sosiolog Pitirim A. Sorokin menjelaskan bahwa terdapat sistem lapisan masyarakat yang memiliki ciri yang tetap dan umum. Pelapisan sosial dalam hal ini dipahami sebagai pembedaan individu dan masyarakat secara bertingkat (vertikal).

 

a. Kelas sosial

Kelas sosial dapat dipahami sebagai kesadaran atas golongan individu atau kelompok dalam suatu lapisan tertentu di masyarakat. Ukuran dari kelas sosial adalah ekonomi (kekayaan), kekuasaan dan kehormatan (jabatan), serta pendidikan (ilmu pengetahuan).

 

Terkait dengan sistem pelapisan sosial, berdasarkan Soekanto (2009), terdapat tiga sistem lapisan sosial di suatu masyarakat, yaitu:

1.     Pelapisan sosial terbuka adalah sistem pelapisan masyakarakat yang memberikan kesempatan bagi individu untuk naik atau turun antar lapisan. Sebagai contoh, sistem ini terdapat pada masyarakat yang demokratis, yang membuka kesempatan bagi individu yang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki posisi sosialnya.

2.     Pelapisan sosial tertutup adalah sistem pelapisan yang tertutup untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, pada sistem ini terjadi di masyarakat yang masih menganut sistem kasta dan feodal.

3.     Pelapisan sosial campuran adalah sistem pelapisan yang terbatas untuk pergerakan naik atau turunnya status sosial individu. Sebagai contoh, sistem ini berlaku pada masyarakat yang masih memberikan keterbatasan bagi individu untuk memperbaiki posisi sosial

 

b. Diferensiasi sosial

Diferensiasi sosial adalah pembedaan individu secara horizontal atau sejajar. Dasar dari diferensiasi sosial adalah suku, ras, jenis kelamin, agama dan profesi. Mengacu pada diferensiasi sosial, individu-individu yang berada di masyarakat sangat beragam. Keberagaman individu berdasarkan suku, agama, jenis kelamin dan profesi. Profesi dalam hal ini mengacu pada keahlian yang dimiliki oleh individu, bukan pada jumlah kekayaan yang dimilikinya.

 

Apabila anda membutuhkan materi lengkapnya, maka anda bisa melihatnya pada buku teks pelajaran IPS Kelas X SMA Kurikulum Merdeka yang telah admin bagikan di bawah ini :

  • Buku Siswa & Guru IPS Kelas X SMA Kurikulum Merdeka (DISINI)


Demikianlah informasi mengenai Rangkuman/Ringkasan materi pelajaran IPS Kelas 10 SMA Tema 02 Sosiologi: Individu dan Masyarakat yang bisa admin kherysuryawan bagikan pada kesempatan kali ini, semoag bisa menjadi bahan belajar yang bermanfaat.

Sekian dan Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel